Dear diary.,
Hari ini adalah
hari menyebalkan bagiku, aku merasa menjadi mahasiswi bodoh di kelas, dua belas
soal Cuma bener empat? Gila aja! Aku sadar semua orang berproses dengan
kecepatannya masing-masing. Yah, mungkin aku agak lambat, but it’s okay. Itulah
kelemahan yang harus aku ubah jadi suatu
kelebihan.
Sebenarnya kalau
dibandingkan dengan jurusan teman-teman kamarku, Cuma jurusan ku aja yang
tampaknya lebih mudah. Tugas yan di kasih dosen juga sebenernya ga rumit, Cuma benerin
kata-kata yang salah, it’s not a big problem, right? Tapi kenapa Cuma aku yang
rasanya mengalami kesusahan yang amat sangat.
Aku sebagai
mahasiswi juga ga terlalu berguna disini (mahad ataupun di universitas). Ada perlombaan aku juga ikut. Aku mikir, kalo
aku tuh ga punya bakat apa-apa. Di jurusanku, aku juga ga menonjol, cantik jadi
model juga enggak, main musik juga ga bisa, ngaji? Apalagi. Pokoknya standard
banget deh, kalo perlu sih menengah ke bawah, haduuh.,
Keluar dari
masalah yang berkaitan dengan belajar, sekarang masalah rumah. Sebenarnya aku
bosan dengan masalah ini, berulang kali terjadi tanpa ada solusi. Tapi, aku
juga gam au dapat masalah lain yang lebih besar dari ini. Sekarang, kakakku yang
selama ini jadi tulang pungggung keluarga, mengeluh keberatan membiayai segala
urusan di rumah. Iya sih, kalo dipikir banyak banget yang harus dibiayain. Mulai
dari aku kuliah, bayar kreditan dua motor, bayar listrik, uang belanjaan, dan
keperluan mendadak lainnya. Ayah ku nyaranin kalo misalnya keberatan, aku ga
usah di biayain biar ayah ama ibu aja. Terus masalah rumah juga biar ayah aja. Menurut
ayahku, masalah ini sebenernya bisa di selesein kalo dia berhenti belanja
online. Emang sih kakakku suka banget yang namanya belanja online, semuanya
pegen di beli, meskipun dia gatau fungsinya buat apa.
Aku sebenernya
pengen cari usaha, biar aku bisa bantu meringankan beban orang tuaku, misalnya
kaya jualan online, ikut Paytren kek
atau apa pokoknya yang bisa ngasilin duit. Tapi, aku juga perlu focus ke
kuliahku, focus aja nilainya masih pas-pasan apa lagi kalo pikirannya udah di
bagi kaya gitu. Yah, semoga aja aku bisa
keterima jadi musyrifah di mahad, biar bisa dapat tempat tinggal gratis, lumayan
kan?
Selain itu juga
ada satu masalah lagi, keluarganya si itu, sodara yang gamau kalah. Abis beli
mobil, ya ga baru sih, tapi hiiih. Gatau kenapa ya, aku emosi terus kalo inget
dia. Mana dia sekarang daftar di univ yang sama lagi, aku ga suka dan ga mau punya
apa-apa yang sama ama dia, pokonya ga mau! Dia tuh sekarang sok suci banget,
sok rajin, halaah, pret! Ih, pokoknya ga suka! Ya udah ga suka! Tau gak sih, hamper
tiap hari aku doa biar dia dapat rezeki lain, kulaih dimana kek, pokoknya
jangan sama. Mulai frustasi aku rasanya.
Mungkin tak
seharusnya aku meminta seperti itu pada tuhan, tuhan telah menggariskan apa
yang akan terjadi, aku tak berhak meminta tuhan untuk meminta tuhan mengganti
nasib seseorang. Segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi
mungkin terbaik bagiku. Mungkin juga, akihir-akhir ini aku melangkah terlalu
jauh. Sehingga kini aku jauh dari doaku. Ya alloh, buat aku selalu ingin dekat
bersamamu, percepatlah suksesku, Karena aku ingin membahagiakan orang yang aku
sayangi, terutama orang tuaku.
Kini baru aku
tau, think that everything is undercotrolled, sometimes make us lazy and sleepy.
Komentar
Posting Komentar