Langsung ke konten utama

Stilistika Al-Quran PENGERTIAN, KLASIFIKASI,KARAKTERISTIK, GAYA BAHASA DAN CONTOH AYAT



Stilistika Al-Quran

Istilah stilistika berasal dari istilah stylistics dalam bahasa Inggris. Istilah stilistika atau stylistics terdiri dari dua kata style dan ics. Stylist adalah pengarang atau pembicara yang baik gaya bahasanya, perancang atau ahli dalam mode. Ics atau ika adalah ilmu, kaji, telaah. Stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa.
Uslub berasal dari kata salaba – yaslubu – salbanyang berarti merampas, merampok dan mengupas. Sedangkan uslub menurut istilah adalah cara berbicara yang diambil mutakallim dalam menyusun kalimatnya dan memilih lafaz-lafaznya.[4]  Muhammad ‘Abdul-‘Azim az-Zarqany, Manahilul-‘Irfan…,hlm. 198
Dengan demikian, uslub merupakan cara yang dipilih mutakallim atau penulis di dalam menyusun lafaz-lafaz untuk mengungkapkan suatu tujuan dan makna kalamnya. Dan uslub terdiri dari tiga hal, yaitu cara, lafaz dan makna. Sedangkan dalam aspek keilmunya tentang studi ilmu uslub/gaya bahasa disebut uslubiyyah atau kita sering menyebutnya dengan istilah stilistika.
Dengan demikian uslub al-Qur’an (stilistika al-Quran) adalah metodenya yang eksellen dalam menyusun kalimat-kalimatnya dan pemilihan lafaz-lafaznya. Maka tidak aneh jika uslub al-Qur’an berbeda dengan uslub  kitab-kitab samawiyah lainnya. Sebagaimana juga uslub yang dipakai manusia berbeda satu sama lain sebanyak kuantitas jumlah mereka, bahkan uslub yang dipakai seorang akan berbeda  sesuai dengan tema dan dan konteksnya.
klasifikasiuslub yang berlaku di kalangan bangsa Arab. Secara global, uslub dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
  1. Uslub khitaby (gaya bahasa retorika)
Retorika merupakan salah satu seni yang berlaku pada bangsa Arab yang mempunyai karakteristik dengan kandungan makna yang kuat, memakai lafaz} yang serasi, argumentasi yang relevan dan kekuatan IQ oratornya. Biasanya seorang orator berbicara mengenai tema yang relevan dengan realitas kehidupan untuk membawa audiens mengikuti pemikirannya. Uslub yang indah, jelas, lugas merupakan unsur yang dominan dalam retorika untuk mempengaruhi aspek psikis audiens.[7]

2.  Uslub ‘Ilmy (gaya bahasa ilmiah)
USLUB ‘ILMY HARUS JAUH DARI ASPEK SUBYEKTIF DAN EMOTIF PENUTURNYA, KARENA EKSPERIMEN ILMIAH ITU OBYEKTIF DAN TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK PSIKIS, EMOTIF DAN KONDISI  ORANG YANG MELAKUKANNYA.[8] USLUB ‘ILMIAH MEMBUTUHKAN LOGIKA YANG BAIK, PEMIKIRAN YANG LURUS SERTA JAUH DARI IMAJINASI DAN EMOSI, KARENA SASARANNYA ADALAH PIKIRAN DAN MENJELASKAN FAKTA-FAKTA ILMIAH.
Karakteristik uslub ‘ilmiah adalah jelas dan lugas. Namun juga harus menampakkan efek keindahan dan kekuatan penjelasan, argumentasi yang kuat, redaksi yang mudah, rasa yang brilian dalam memilih kosa kata dan informasi yang dapat dipahami dengan mudah.[9] Oleh karena itu, uslub ‘ilmiah harus tematik dan terhindar dari majaz, kinayah dan permainan kata-kata lainnya.
3. Uslub Adaby (Gaya bahasa Sastra)
Uslub adaby sangat subyektif, karena ia merupakan ungkapan  jiwa pengarangnya, pemikirannya dan emosinya. Oleh karena itu, uslub adaby sangat spesifik.[10]
Sasaran uslub adaby adalah aspek emosi bukan logika, karena uslub ini digunakan untuk memberi efek perasaan pembaca. Oleh karena itu, temanya mempunyai relevansi yang erat dengan jiwa pengarang dan mengesampingkan teori ilmiah, argumentasi logis, terminologi ilmiah dan penomoran-penomoran.

Sebagai contoh adalah firman Allah SWT:
فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلاِسْلاَمِ وَمَنْ يُرِدْ اَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ.[11]

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit.”[12]

Al-Qurtuby menyatakan, bahwa maksud Allah melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam adalah Allah meluaskan hatinya dan memberinya kekuatan untuk memeluk agama Islam serta memberikan pahala kepadanya.[13] Arti harajan (sesak lagi sempit) dalam ayat di atas menurut ibn ‘Abbas adalah tempat pohon yang sangat rapat, maka seolah-olah hati orang kafir tidak dapat tersentuh oleh hikmah, sebagaimana hewan ternak yang tidak dapat sampai ke tempat yang rapat oleh pepohonan. [14] Sedangkan az-Zujaj berpendapat, bahwa haraj adalah adyaqu ad-dayyiq (kesempitan yang paling sempit).[15]Dan kesempitan itu dipersonifikasikan dengan orang yang mendaki ke langit (ka annama yas}a‘adu fis-sama’).
Pada masa turunnya ayat di atas, kemajuan ilmu pengetahuan untuk menjelajah ke ruang angkasa belum dikenal. Maka tasybih dalam ayat di atas merupakan uslub tasybihyang dikaji keindahannya secara balagy. Namun al-Qur’an di samping indah bahasanya, juga sekaligus mengandung kebenaran ilmiah. ‘Abdul-H{amid Dayyab dan Ah}mad Qurquz menyatakan, bahwa ayat di atas mengandung i’jaz ilmy. Bahwa mendaki ke langit pada saat turunnya ayat  dianggap sesuatu yang khayal. Maka diartikan sebagai kalimat majazi. Namun ternyata sesuai dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Bahwa orang yang naik ke langit akan merasakan sesak nafas dan semakin ke atas semakin sesak hingga tidak dapat bernafas. Hal ini disebabkan dua hal, yaitu menipisnya kadar oksigen dan berkurangnya atmosfer yang menyelimuti bumi.[16]
Contoh-Contoh Uslub Al-Quran
Alquran di dalammenyuruh, melarang, danmemberipilihankepadahamba, tidakhanyamemakaisemacamuslubsaja. Berikutiniuslub-uslub yang terdapat di dalam Al-Quran, antara lain:[9]


1.         UslubdalamMenyuruhSuatuPerbuatan


Alquran dalam menuntut kita mengerjakan suatu pekerjaan menggunakan sepuluh macam uslub, salah satu yaitu pertama, menyuruh dengan jelas menggunakan kata suruhan, seperti firman Allah Ta’ala:


إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُ بِٱلۡعَدۡلِ وَٱلۡإِحۡسَٰنِ وَإِيتَآيِٕ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ ٩٠


“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl: 90)


Kedua, menerangkanbahwaperbuatan yang diperintahkanitudiwajibkankepada yang dikenaihukum.


يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِصَاصُ فِي ٱلۡقَتۡلَىۖ.......
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkanataskamuqishaashberkenaandengan orang-orang yang dibunuh...” (Q.S. Al-Baqarah: 178)


2.         UslubdalamMencegahSuatuPerbuatan


Dalam mengungkapkan larangan, Al-Quran menggunakan sembilan uslub, salah satu yaitu pertama, dengan jelas memakai kata mencegah, seperti:


....وَيَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ وَٱلۡبَغۡيِۚ......
“....dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan....” (Q.S. An-Nahl: 90)


Kedua, denganmemakai kata “mengharamkan”, seperti:


.... وَحُرِّمَ ذَٰلِكَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٣


“....dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (Q.S. An-Nur: 3)


3.         Uslub dalam memberi hak pilih untuk mengerjakan sesuatu atau
tidak.


Pertama, menyandarkan kata “halal” kepadapekerjaan, ataudipertautkandenganpekerjaan, seperti:


يَٰٓأَيُّهَاٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِۚ أُحِلَّتۡ لَكُم بَهِيمَةُ ٱلۡأَنۡعَٰمِ إِلَّا مَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ غَيۡرَ مُحِلِّي ٱلصَّيۡدِ وَأَنتُمۡ حُرُمٌۗ إِنَّ ٱللَّهَ يَحۡكُمُ مَا يُرِيدُ ١


“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Al-Maidah:1)


Kedua, meniadakan dosa, seperti:


إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡمَيۡتَةَ وَٱلدَّمَ وَلَحۡمَ ٱلۡخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ بِهِۦ لِغَيۡرِ ٱللَّهِۖ فَمَنِ ٱضۡطُرَّ غَيۡرَ بَاغٖ وَلَا عَادٖ فَلَآ إِثۡمَ عَلَيۡهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ ١٧٣


“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah: 173)

Uslub Al-Quran mempunyai karakteristik, yaitu: sentuhan lafaz Al-Quran melalui keindahan intonasi Al-Quran dan keindahan bahasa Al-Quran, dapat diterima semua lapisan masyarakat, Al-Quran menyentuh (diterima) akal dan perasaan, keserasian rangkaian kalimat Al-Quran dan kekayaan seni redaksional.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa Al-Qur`an adalah kumpulan kata-kata dan kalimat yang berasal dari sumber dan redaksi yang sama dari berbagai macam variasi yang berbeda yang digunakan oleh Al-Qur`an dalam mengungkapkan dan menyampaikan maksud yang dikehendakinya. Variasi yang dimaksudkan adalah ungkapan dan susunan kalimat yang digunakan oleh al-Qur`an dalam mengungkapkan maksudnya.

B. Karakteristik gaya bahasa Al-Qur`an
Karakteristik Al-Qur`an menurut Quraish shihab diantaranya[3]:
1.      Susunan kata dan kalimat Al-Qur`an meliputi
a.       Nada dan langgamnya yang unik terdapat dalam Q.S An-Nazi’at: 1-4
“Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,Dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang”
Ayat-ayat al-qur’an walaupun sebagaimana telah ditegaskan oleh allah, bukan syair atau puisi tetapi terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal itu di akui oleh cendikiawan Inggris, Marmaduke Pickhal dalam The Meaning Glorious Qur`an, Picklah berkata :“al-Qur`an mempunyai simfoni yang tidak ada taranya sehingga setian nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita”.

b.      Singkat dan padat, terdapat yang terdapat pada QS. Al-Baqarah: 212
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas”.

Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendakinya. Orang-orang kafir sangat terlena dengan kehidupan dunia dan orang muslim yang beriman akan dimudahkan oleh Allah rezekinya.

c.       Memuaskan para pemikir dan orang awam.
Seorang awam akan merasa puas karena memahami ayat-ayat al-Qur`an sesuai dengan keterbatasannya. Akan tetapi, ayat yang sama dapat di pahami dengan luas oleh pilosof atau para pemikir dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh orang awam

d.      Memuaskan akal dan jiwa.
Manusia memiliki daya pikir dan daya rasa atau akal dan kalbu. Daya pikirnya memberikan argumentasi gna mendukung pandangannya, sedangkan daya kalbu mengantyarkannya untuk mengekspresikan keindahan ayat-ayat al-Qur`an dan mengembangkan imajinasinya.


e.       Keidahan dan ketepatan maknanya
Terdapat pada surah Az-Zumar 71 terdapat uraian tentang orang-orang kafir dan mukmin yang diantarkan oleh para malaikat ke neraka dan surga.
“Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu Rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan Pertemuan dengan hari ini?" mereka menjawab: "Benar (telah datang)". tetapi telah pasti Berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir”.
Kemudian bandingkan dengan ayat 73 pada surah yang sama
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombong-rombongan (pula). sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".

Bila diperhatikan dengan seksama, kedua yat diatas digambarkan dengan kalimat yang serupa, kecuali penyebutan nama kelompok, tempat hunian, letak ucapan oara malaikat penjaga neraka dan surga. Namun, ada sedikit perbedaan kecil pada uraian tentang penghuni surga, ynang secara sepintas bila dianggap tidak perlu. Perbedaan tersebut adalah penambahan huruf و pada kata فُتِحَتْ (futihat) huruf tersebut tidak terdapat bdalam uraian tentang penghuni neraka.

Susunan kata dan kalimat Al-Qur`an muncul dengan susunan yang baik dan indah, mengagumkan karena keserasiaan dan keindahannya, dan keharmonisan susunannya.

2.      Keseimbangan redaksi
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Contoh diantaranya Al-Hidayah (hidup) dan Al-Maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
b.      Kesimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang dikandungnya. Contohnya yaitu Al-Harts dan Az-zira’ah (membajak/bertani) masing-masing 14 kali
c.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya. Contohnya Al-Infaq (infaq) dengan Ar-Ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali
d.      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya. Contohnya Al-Israf (pemborosan) dengan As-Sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali

3.      Ketelitian redaksinya
Sebagai contoh kata As-sama’ (pendengaran) dan Al-Absar (penglihatan) dalam arti indera manusia, ditemukan dalam al-Qur`an secara bergantian sebanyak 13 kali.
C. Ragam Gaya Bahasa Al-Qur`an
Dalam hal ini ada beberapa yang digunakan al-Qur`an seperti uslub al-jadal (gaya perdebatan), amtsal (gaya bahasa perumpamaan) al-qasam (gaya sumpah) al-qashash (gaya berkisah).
1.      Al-Jadal (perdebatan)[4]
Jadal atau jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan. Allah menyatakan dalam al-qur`an bahwa jadal atau berdebat merupakan salah satu tabat manusia hal ini terdapat dalam QS.Al-kahfi ayat 54, An-Nahl 125, Al-Ankabut 46.

2.      Amtsal (perumpamaan)
Inbarim al nizhami berpendapat, bahasa tamsil memiliki empat keistimewaan yang tidak dimiliki oleh gaya bahasa yang lain yaitu simpel lafaznya, tepat pengertiannya, indah tasybih (penyerupaan) nya, dan mengena serta tajam sindirannya. Menurut Al Hasan bin al Fadhl, salah seorang Mutaqaddimin menyebutkan almasal yakni mengeluarkan sesuatu yang tertutup, tersembunyi, dan samar-samar kepada sesuatu yang terbuka, terang, dan jelas, serta menghilangkan keraguan.[5]

3.      Al-Aqsam (Sumpah)
Aqsam adalah bentuk jamak dari qasam yang berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Sighat asli qasam ialah fi’il atau kata kerja “aqsama”. Qasam yaitu mengikat jiwa atau hati tidak melakukan sesuatu dengan sesuatu makna yang dipandang besar, baik secara hakiki oleh orang yang bersumpah.[6]

4.      Al-qashash (gaya berkisah)
Kisah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Kata alqasan adalah bentuk masdar. Qasas al-Qur`an adalah pemberitaan qur`an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, kenabian yang terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang telah tyerjadi. Qur`an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan [enggalan atau jejak setiap umat, ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik.[7]

D. Hikmah varian gaya bahasa al-qur`an
1.      Faedah Jadal[8] :
a.       untuk menemukan kebenaran dan mengakkan kebenaran atas bukti-bukti yang ada
b.      memberikan petunjuk kepada orang kafir yang menentang al-qur`an dan mengalahkan para penentang al-qur`an.

2.      Faedah amtsal al-Qur`an[9] :
a.       Melahirkan sesuatu yang dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca indera
b.      Mengungkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiiran seperti mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran
c.       Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek


3.      Hikmah sumpah dalam al-Qur`an
Al-Bukhari dalam bukunya, Mahasin AL-Islam wa Syara’I Al-Islam telah menuturkan rahasia-rahasia dibalik penyebutan nama Allah dalam bersumpah, diantaranya[10] :

a.       Melalui sumpah seseorang mengepresikan pemuliaan hatinya trehadap Allah dengan menyebut namanya.
b.      Menghiasi pembicaraan dengan menyebut nama Allah.
c.       Huruf yang diperkenankan untuk dipakai ketika bersumpah adalah ba’, ta’, dan wawu.
d.      Terkadang Allang bersumpah dengan menggunakan huruf naïf (negatif).
e.       Seandainya seseorang bersumpah untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa ramadhan, maka batalllah sumpahnya. Hal ini karena, sumpahnya itu tidak dapat dijadikan alasan untuk meninggalkan kedua kewajiban itu.

d.      Faedah Qashshas[11] :

a.       Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syati’at yang dibawa oleh para nabi
!$tBur $uZù=y™ö‘r& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqß™§‘ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmø‹s9Î) ¼çm¯Rr&Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbr߉ç7ôã$$sù ÇËÎÈ  
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku’”.

b.      Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat muhammad atas agama Allah, memeperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
c.       Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
d.      Menampakkan kebenaran mehammad dalam da’wahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal yang ihwal orang-orang terdahulu disepanjang kurun dan generasi.
e.       Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yeng membeberkan keeterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubag dan diganti.
f.       Kisah adalah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan memantapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnya kedalam jiwa.


Komentar

  1. Alhamdulilla sangat bermanfaat tp ko footnotenya g dicantumkan yah 🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Syarat, dan Metode Tahammul wal Ada'

Pengertian Tahammul wa al-Ada’           Tahammul adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari seorang guru dengan menggunakan beberapa metode penerimaan hadits.[1] Muhammad ‘Ajaj al-Khatib memberikan defenisi dengan kegiatan menerima dan mendengar hadits.[2] Jadi tahammul adalah proses menerima periwayatan sebuah hadits dari seorang guru dengan metode-metode tertentu. Al-‘Ada adalah kegiatan meriwayatkan dan menyampaikan hadits.[3] Menurut Nuruddin ‘Itr adalah menyampaikan atau meriwayatkan hadits kepada orang lain.[4] Jadi al-‘ada adalah proses menyampaikan dan meriwayatkan hadits. At-Tahammulal-Hadist        Menurut bahasa tahammul merupakan masdar dari fi’il madli tahmmala ( ﺗَﺤَﻤَّﻞَ - ﻳَﺘَﺤَﻤَّﻞُ - ﺗَﺤَﻤُﻼ ) yang berarti menanggung , membawa, atau biasa diterjemahkan dengan menerima. Berarti tahammul al-hadits menurut bahasa adalah menerima hadits atau menanggung hadits. Sedangkan tahammul al-hadits menurut istilah ulama ahli hadits, sebagaima

MAKALAH Hadits menurut segi kuantitas rawi (Mutawatir dan Ahad); segi kualitas Rawi (Shahih, Hasan dan Dhaif) LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang Seperti yang telah diketahui, hadits diyakini sebagai sumber ajaran Islam setelah kitab suci Al-Quran. Hadits merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum dan ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Selain itu, hadits juga dibutuhkan manusia untuk mengetahui inti-inti ajaran dalam Al-Quran. Jika ayat-ayat dalam Al-Quran mutlak kebenarannya, berbeda dengan hadits yang bisa saja belum jelas periwayatannya, hadits tersebut benar berasal dari Nabi Muhammad SAW. atau bukan. Ditinjau dari segi kuantitasnya, hadits dibagi menjadi mutawatir dan ahad. Sedangkan ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits Maqbul (hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan hadits Mardud (hadits yang tertolak sebagai dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan Hasan, sedangkan yang termasuk dalam ha

Language Varieties (Dialect, Styles, Slang word, Registers)

Language Varieties Group 6 Rizal Fachtur Hidayat (16320017) Balqist Hamada (16320021) Sheni Diah Safitri (16320052) Dhimas Muhammad I. J. (16320053) Yoshi Nur Rahmawati (16320096) Nikma Hidayatul Khasanah (16320101) Audy Oktaviani A. I. (16320140) Roby Inwanuddin Affandi (16320220) Wahida Camelia (16320228) Language Varieties Language varies from one social group to another social group, from one situation to another situation, and from one place to another place. Variation shows that every speaker does not speak the same way all the time. Language varieties indicate that the speakers are distinct from members of other groups (Finegan, 2008) . Language variety that signifies particular situations of use is called registers, it is appropriate for use in particular speech situations. There are some examples of language variations that are of interest to linguist according to   (Akmajian, 1998) , lingua francas, pidgins, creoles, jargon, sl