Langsung ke konten utama

Hukum, Tujuan dan Syarat, dan Sunnah Sunnah Solat Wajib Fardhu 'Ain



Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain
     Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.
Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :
1. Beragama Islam
2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis
3. Berusia cukup dewasa
4. Telah sampai dakwah islam kepadanya
5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya
6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :
1. Masuk waktu sholat
2. Menghadap ke kiblat
3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar
4. Menutup aurat

C. Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1. Niat
2. Posisis berdiri bagi yang mampu
3. Takbiratul ihram
4. Membaca surat al-fatihah
5. Ruku / rukuk yang tumakninah
6. I'tidal yang tuma'ninah
7. Sujud yang tumaninah
8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah
9. Sujud kedua yang tuma'ninah
10. Tasyahud
11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW
12. Salam ke kanan lalu ke kiri

D. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita
Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu membatalkan shalat kita, contohnya seperti :
1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi
2. Berkata-kata kotor
3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat
4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.

At-Tirmidzi mengatakan bahwa Muhammad (yaitu Ibnu Isma’il al-Bukhari) berkata, “Riwayat paling shahih tentang waktu shalat adalah hadits Jabir.”
1. Zhuhur
Waktunya dari tergelincirnya matahari hingga bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya.
2. ‘Ashar
Waktunya dari saat bayangan semua benda sama panjang dengan aslinya hingga terbenamnya matahari.
3. Maghrib
Waktunya dari terbenamnya matahari hingga hilangnya warna kemerah-merahan pada senja.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam : “Waktu shalat Maghrib selama warna kemerah-merahan pada senja belum hilang.” [2]
4.‘Isya’
Waktunya dari hilangnya merah senja hingga pertengahan malam.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu a’alaihi wa sallam: “Waktu shalat ‘Isya’ hingga pertengahan malam.”
5. Shubuh
Waktunya dari terbit fajar hingga terbit matahari.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ﻭَﻗْﺖُ ﺻَﻼَﺓِ ﺍﻟﺼُّﺒْﺢِ ﻣِﻦْ ﻃُﻠُﻮْﻉِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﻣَﺎﻟَﻢْ ﺗَﻄْﻠُﻊِ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ .
“Waktu shalat Shubuh dari terbitnya fajar hingga sebelum matahari terbit.”

SUNNAH – SUNNAH SHOLAT
i. AB’AD : Kesunnahan yang jika terlupakan dianjurkan untuk sujud sahwi
1. Tasyahud Awal
2. Duduk dalam tasyahud awal
3. Membaca sholawat pada nabi dalam tasyahud awal
4. Membaca sholawat pada keluarga nabi dalam tasyahud kedua
5. Membaca doa qunut
6. Berdiri ketika qunut
ii. HAI'AT : Kesunnahan selain yang tersebut di atas
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbirotul ihrom sejajar dengan bahu
2. Menghadapkan jari – jari telapak tangan ke arah kiblat
3. Merenggangkan jari – jari tangan
4. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri setelah takbir
5. Meletakkan tangan di bawah dada di atas perut
6. Melihat pada tempat sujudnya
7. Membaca Doa Iftitah
8. Membaca Ta’awwudz
9. Membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya dengan jahr (keras) pada sholat-sholat yang dianjurkan untuk mengeraskannya (sholat jahriyyah)
10. Membaca Ta’min “Amiin” setelah surat Al Fatihah
11. Mengeraskannya pada sholat jahriyyah
12. Membaca surat lain setelah surat Al Fatihah pada rokaat pertama dan kedua
13. Takbir ketika rukuk dengan mengangkat tangan
14. Meletakkah dua telapak tangan pada dua lutut ketika rukuk
15. Membaca tasbih dalam rukuk
16. Memanjangkan punggung dan leher ketika rukuk (meluruskannya)
17. Membaca “Sami’alloohu liman hamidah” ketika i’tidal
18. Mengangkat tangan ketika i’tidal
19. Takbir ketika sujud
20. Ketika sujud meletakkan kedua lutut dahulu, lalu kedua telapak tangan, lalu dahi kemudian hidung secara berurutan
21. Merapatkan jari-jari tangan ketika sujud
22. Menghadapkan jari-jari tangan ke arah kiblat
23. Merenggangkan paha dengan perut ketika sujud dan rukuk bagi lelaki
24. Membaca tasbih ketika sujud
25. Membaca takbir ketika bangun dari sujud
26. Duduk iftirosy ketika duduk antara dua sujud
27. Berdoa di dalam duduk iftirosy : Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii …
28. Duduk istirohah setelah sujud ke dua ketika akan berdiri ke rokaat selanjutnya
29. Bertumpu pada kedua tangan ketika akan berdiri
30. Membaca takbir ketika bangun dari tasyahud awal
31. Mengangkat tangan ketika takbir setelah berdiri dari tasyahud awal
32. Duduk iftirosy ketika tasyahud awal
33. Mengangkat jari telunjuk kanan dalam tasyahud ketika bacaan tauhid “illalloh”, tanpa digerak-gerakkan.
34. Jari telunjuk agak dilengkungkan, tidak terlalu lurus
35. Duduk tawarruk dalam tasyahud akhir
36. Meletakkan kedua tangan di atas paha ketika tasyahud
37. Jari-jari tangan kanan dalam posisi menggenggam kecuali telunjuk
38. Membaca doa setelah tasyahud akhir “Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘alaa diinik”, dll
39. Mengucap salam kedua
40. Menoleh ke kiri dan ke kanan ketika mengucap kedua salam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Syarat, dan Metode Tahammul wal Ada'

Pengertian Tahammul wa al-Ada’           Tahammul adalah menerima dan mendengar suatu periwayatan hadits dari seorang guru dengan menggunakan beberapa metode penerimaan hadits.[1] Muhammad ‘Ajaj al-Khatib memberikan defenisi dengan kegiatan menerima dan mendengar hadits.[2] Jadi tahammul adalah proses menerima periwayatan sebuah hadits dari seorang guru dengan metode-metode tertentu. Al-‘Ada adalah kegiatan meriwayatkan dan menyampaikan hadits.[3] Menurut Nuruddin ‘Itr adalah menyampaikan atau meriwayatkan hadits kepada orang lain.[4] Jadi al-‘ada adalah proses menyampaikan dan meriwayatkan hadits. At-Tahammulal-Hadist        Menurut bahasa tahammul merupakan masdar dari fi’il madli tahmmala ( ﺗَﺤَﻤَّﻞَ - ﻳَﺘَﺤَﻤَّﻞُ - ﺗَﺤَﻤُﻼ ) yang berarti menanggung , membawa, atau biasa diterjemahkan dengan menerima. Berarti tahammul al-hadits menurut bahasa adalah menerima hadits atau menanggung hadits. Sedangkan tahammul al-hadits menurut istilah ulama ahli hadits, sebagaima

MAKALAH Hadits menurut segi kuantitas rawi (Mutawatir dan Ahad); segi kualitas Rawi (Shahih, Hasan dan Dhaif) LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang Seperti yang telah diketahui, hadits diyakini sebagai sumber ajaran Islam setelah kitab suci Al-Quran. Hadits merupakan segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum dan ketentuan Allah yang disyari’atkan kepada manusia. Selain itu, hadits juga dibutuhkan manusia untuk mengetahui inti-inti ajaran dalam Al-Quran. Jika ayat-ayat dalam Al-Quran mutlak kebenarannya, berbeda dengan hadits yang bisa saja belum jelas periwayatannya, hadits tersebut benar berasal dari Nabi Muhammad SAW. atau bukan. Ditinjau dari segi kuantitasnya, hadits dibagi menjadi mutawatir dan ahad. Sedangkan ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits Maqbul (hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan hadits Mardud (hadits yang tertolak sebagai dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan Hasan, sedangkan yang termasuk dalam ha

Language Varieties (Dialect, Styles, Slang word, Registers)

Language Varieties Group 6 Rizal Fachtur Hidayat (16320017) Balqist Hamada (16320021) Sheni Diah Safitri (16320052) Dhimas Muhammad I. J. (16320053) Yoshi Nur Rahmawati (16320096) Nikma Hidayatul Khasanah (16320101) Audy Oktaviani A. I. (16320140) Roby Inwanuddin Affandi (16320220) Wahida Camelia (16320228) Language Varieties Language varies from one social group to another social group, from one situation to another situation, and from one place to another place. Variation shows that every speaker does not speak the same way all the time. Language varieties indicate that the speakers are distinct from members of other groups (Finegan, 2008) . Language variety that signifies particular situations of use is called registers, it is appropriate for use in particular speech situations. There are some examples of language variations that are of interest to linguist according to   (Akmajian, 1998) , lingua francas, pidgins, creoles, jargon, sl